Perahu berwarna merah dengan irisan kuning dan biru itu melaju perlahan di ujung selat Sobei, Distrik Teluk Duairi, Kabupaten Teluk Wondama, Papua Barat Selasa (26/3/2019) menjelang tengah hari. Haluannya yang runcing tajam kemudian berbelok menghampiri sebuah pulau kecil di tengah lautan
WONDAMA-KABARE.ID: Pulau kecil itu hanya berupa hamparan pasir putih laksana kapas yang sedang melayang di permukaan air. Pasir Timbul Womaduri, demikian masyarakat Teluk Wondama memberi nama daratan kecil itu. Dinamakan demikian karena pulau berbentuk oval ini hanya berupa tumpukan pasir yang seperti bertumbuh dari dalam laut.
Seperti tak sabar, enam orang yang menumpang perahu itu langsung lompat ke pasir. Sembari menikmati angin laut yang bertiup kencang, masing-masing dari mereka lantas mencari keasyikan sendiri-sendiri.
Ada yang berjalan mengitari pulau, ada yang bermain pasir sambil mencari kerang dan yang lainnya memilih berenang menikmati air laut Womaduri yang jernih kehijau-hijauan.
“Tempatnya panas tapi pantainya jernih sekali, airnya juga segar, “ kata Tia, salah satu penumpang perahu yang baru pertama kali menginjakkan kaki di pulau terapung itu, saat diwawancarai kontributor Kabare.id.
Pasir Timbul Womaduri di Kabupaten Teluk Wondama. (Foto: Kabare.id/ Syae84)
Jangan berpikir bisa menemukan batu karang atau pepohonan di pulau Womaduri. Pulau mungil ini seluruhnya berupa tumpukan pasir. Hanya di bagian tengah pulau yang letaknya sedikit lebih tinggi dari lautan yang tampak ditumbuhi rerumputan. Di tengah reremputan berdiri sebatan pohon kecil setinggi kurang lebih 1,50 meter.
Pohon kecil itu menjadi satu-satunya tempat berlindung dari sengatan mentari. Itu sebabnya, pulau dengan ukuran sekitar 60 x 20 meter ini sangat cocok untuk bermandi matahari.
“Dulu di tengah ini ada pohon tapi sudah roboh karena dihantam ombak, “ kata Yance Wanma yang juga ikut dalam perahu itu.
Yance bersama rekan-rekannya sengaja singgah di Womaduri untuk beristirahat. Pulau Terapung Womaduri memang terletak pada jalur perlintasan kapal juga perahu masyarakat. Itulah kenapa pulau kecil itu sering dijadikan sebagai tempat transit oleh masyarakat yang melintas dengan perahu.
“Masyarakat memang biasa singgah di pulau ini untuk istrirahat. Banyak juga yang singgah untuk foto-foto dan mandi karena airnya sejuk walaupun udaranya panas, “ ucap Yance.
Nomensen Mambobo, sang motoris perahu membenarkan hal itu. Dia mengaku sering mampir di Pasir Timbul Womaduri sekedar untuk mencari angin sembari berendam di lautnya yang segar dan jernih.
CaptionPasir Timbul Womaduri di Kabupaten Teluk Wondama. (Foto: Kabare.id/ zack t)
Dengan segala keunikan yang dimiliki, Pasir Timbul Womaduri layak menjadi salah objek wisata di Kabupaten Teluk Wondama. Paling tidak menjadi destinasi alternatif bagi wisatawan yang ingin bermandi matahari dengan berjemur di atas hamparan pasir putih.
“Coba kalau bisa diatur baik pasti orang mau datang ke sini. Turis-turis dorang itu kan suka berjemur di atas pasir putih pasti dorang mau datang yang penting ada fasilitas penunjang di sini, “ kata Nomensen yang merupakan ASN Pemkab Teluk Wondama.
Secara geografis, berada di wilayah Kampung Sobei, Distrik Teluk Duairi. Akses menuju pulau terapung ini cukup mudah karena hanya berjarak lebih kurang 300 meter dari ujung dermaga Sobei.
Jika ingin menggunakan jalur darat, anda tidak perlu kuatir karena akses jalan sudah cukup bagus. Hanya butuh lebih kurang 30 menit menggunakan motor atau mobil dari kota Wasior, Ibukota Teluk Wondama.
Dinas Pariwisata Teluk Wondama sebenarnya telah memasukan Womaduri sebagai salah satu objek wisata yang ditawarkan kepada wisatawan. Sayangnya sampai saat ini belum tampak ada langkah nyata yang diambil ‘menjual’ pulau terapung ini kepada wisatawan.
Sejauh ini belum ada referensi terpercaya yang mengungkap kapan Pasir Timbul Womaduri muncul di Tanjung Sobei. Namun dari cerita masyarakat Teluk Wondama, daratan kecil ini sudah ada sejak dulu. Konon, pulau mungil ini sering berubah-ubah ukurannya tergantung kekuatan ombak laut maupun pasang surut air laut.
“Pulau ini juga sering pindah-pindah kadang dia agak ke utara karena pasirnya timbul lebih banyak di sana mungkin karena tekanan air laut, “ jelas Yance. (brv)
*Tulisan pernah direvisi satu kali pada 28 Maret 2019
Comments 0