Kelas Filsafat ini akan dijalankan secara daring setiap Sabtu di bulan Maret 2023.
Kelas Filsafat ini akan dijalankan secara daring setiap Sabtu di bulan Maret 2023.
Jakarta, KABARE.ID - Dalam tradisi filsafat modern, filsafat Yunani Klasik adalah sumber atau asal-muasal terpenting. Hampir seluruh puncak-puncak filsafat Barat hari ini bisa ditelusuri asal-muasalnya atau dikembalikan ke tradisi filsafat Yunani Klasik.
Salah satu filsuf dari era Yunani Klasik yang terpenting adalah Platon (Plato). Platon adalah pemikir kuno, berasal dari 2.500 tahun yang lalu yang telah ditafsirkan oleh banyak filsuf dari berbagai era tidak terkecuali oleh para filsuf Prancis kontemporer.
Kurator Edukasi dan Gagasan Komunitas Salihara, Zen Hae mengatakan Perspektif filsuf Prancis diambil sebagai bentuk pemanasan dari program Literature and Ideas Festival (LIFEs) yang akan diadakan Agustus 2023 mendatang. LIFEs tahun ini akan mengangkat tema “Frankofon”; sebuah istilah yang digunakan untuk negara-negara penutur bahasa Prancis.
“Meski baru berlangsung pada Agustus, sejak awal tahun kami sudah merancang sejumlah program yang bisa disebut sebagai semacam “pemanasan” atas Festival nanti. Salah satunya adalah Kelas Filsafat bertema Filsuf Prancis Menafsir Platon dan bagaimana filsuf kontemporer Prancis membahas pascamodernisme, pascastrukturalisme, historiografi, studi Islam, sastra dan feminism,” ujar Zen Hae, dalam siaran pers, Senin (13/2/2023)
Kelas Filsafat ini akan dijalankan secara daring setiap Sabtu di bulan Maret 2023 dalam empat pertemuan yang diampu oleh A. Setyo Wibowo untuk pertemuan 1-3 dan Anugrah Bayu pada pertemuan ke-4.
Pertemuan pertama membahas mengenai Platon yang ditafsir oleh filsuf Alain Badiou. Alain Badiou menerjemahkan Politeia Platon ke dalam bahasa Prancis (The Republique) secara nyleneh; misalnya, gambaran tentang Alegori Goa tiba-tiba menjadi kisah mengenai Gedung Bioskop. Namun, isi tafsiran Badiou atas politik Platon di The Republique tetap menarik: filsuf raja bukanlah realitas, melainkan idea untuk dipikirkan.
Pertemuan kedua akan membahas mengenai pandangan dari Jacques Derrida. Pemikiran Derrida tentang différance yang unik bisa diberi gambaran jelas di teks Platon berjudul Timaios tentang khôra: genus ketiga di antara yang inderawi dan yang intelligible. Derrida sendiri menulis sebuah analisis menarik atas teks Timaios ini. Derrida juga menulis analisis menarik tentang buku Platon berjudul Phaidros. Di situ, pharmakon, yang tidak bisa diterjemahkan, adalah gambaran jenis ketiga di luar oposisi biner yang mencirikan metafisika barat.
Selanjutnya ada Jacques Rancière, seorang pemikir demokrasi kontemporer. Ia menengarai rezim politik Platon sebagai archipolitique sebuah cara berpolitik yang dilandaskan pada prinsip tertentu, yaitu pengetahuan. Alih-alih mengemansipasi rakyat, model pengetahuan sebagaimana dipraktikkan Socrates, justru mengekalkan pembodohan. Dalam bidang seni, rezim archipolitique menekankan fungsi etis seni bagi masyarakat, sehingga seni dalam arti sebenarnya tidak muncul.
Terakhir peserta akan diajak melihat pandangan Emmanuel Levinas terhadap Platon. Dalam pertemuan ini Anugrah Bayu akan membahas Relasi etis dengan Liyan (l’Autre) yang mudah dipahami lewat alegori Goa di mana Platon membicarakan The Good (Kebaikan) yang melampaui pengetahuan.
Untuk mengetahui detail dari para pemikiran tersebut, peserta bisa langsung mendaftarkan diri lewat laman resmi Komunitas Salihara di kelas.salihara.org. (*)
Tentang Pengampu
A. Setyo Wibowo adalah dosen tetap di STF Driyarkara. Ia meraih Baccalaureat Teologi di Universitas Gregoriana, Roma, Italia (1999). Ia menyelesaikan studi Filsafat S2, DEA dan S3 di Université Paris-1, Panthéon-Sorbonne, Paris, Prancis pada 2000-2007. Beberapa buku termutakhirnya antara lain Paideia: Filsafat Pendidikan-Politik Platon (2017), Gaya Filsafat Nietzsche (2017), Ataraxia: Bahagia Menurut Stoikisme (2019) dan Platon: Lakhes (Tentang Keberaian) (2021). Ia juga menerbitkan Filokomik (2020), terjemahan buku komik filsafat dari bahasa Prancis ke bahasa Indonesia.
Anugrah Bayu adalah seorang peminat filsafat yang menyelesaikan studi S1 dan S2 di STF Driyarkara. Sekarang bekerja sebagai penerjemah. Ia juga salah satu pengajar program Philosophy Underground di Komunitas Utan Kayu.
Tentang Komunitas Salihara Arts Center
Komunitas Salihara Arts Center merupakan sebuah Institusi kesenian dan kebudayaan yang selalu menampilkan kesenian terkini dari Indonesia dan dunia, baik yang bersifat pertunjukan maupun edukasi, dalam lingkungan kreatif dan sejuk di tengah keramaian selatan Jakarta
Comments 0