Bayangan Gelap di Balik Kilau Selebgram: Ketika Pengagum Menjadi Pengancam
Di balik kilau dan sorotan dunia selebgram, tersimpan bayangan gelap yang mengancam: fenomena stalker. Apa yang awalnya sekadar kekaguman, bisa bermetamorfosis menjadi obsesi berbahaya yang mengintai privasi dan keamanan.
Fenomena ini bermula dari ilusi kedekatan yang diciptakan media sosial. Pengagum merasa mengenal idola secara personal, padahal itu hanyalah citra yang dibangun. Batas antara kekaguman dan obsesi pun menipis, memicu perilaku menguntit, baik secara daring maupun luring.
Modus operandi stalker selebgram bervariasi: mulai dari pesan pribadi yang mengganggu, komentar obsesif di setiap unggahan, hingga pelacakan lokasi fisik. Mereka mengumpulkan informasi pribadi dari jejak digital, bahkan nekat muncul di acara publik atau kediaman sang idola, menciptakan rasa takut dan tidak aman yang konstan bagi korbannya.
Dampak bagi korban sangat nyata: stres, kecemasan, paranoia, hingga trauma. Privasi mereka terkoyak, kebebasan terenggut, dan karier pun bisa terganggu karena harus hidup dalam bayang-bayang ancaman.
Menghadapi stalker membutuhkan tindakan tegas: blokir, kumpulkan bukti, dan laporkan ke pihak berwajib. Penting bagi selebgram dan publik untuk memahami bahaya obsesi ini, menegaskan batas yang jelas antara penggemar dan penguntit, serta mendukung korban untuk mendapatkan perlindungan dan pemulihan psikologis.